| No comment yet

Verba Volant Scripta Manent

(Tulisan di bawah ini merupakan kutipan dari buku "Menghibur Diri sampai Mati: Mewaspadai Media Televisi" karya Neil Postman, edisi Indonesia, yang diterbitkan pada tahun 1995 oleh Pustaka Sinar Harapan, halaman 32-33). Saya memberi judul "Verba Volant Scripta Manent" karena kutipan ini merupakan contoh gamblang perihal "superioritas" tradisi tipografi (tulis/cetak) ketimbang lisan)
| 1 comment

Buku-buku Romeo dari Pontianak

Hingga angka 0880, saya baru mencatat dua entri untuk nama penerbit “Romeo Grafika” dalam buku inventarisasi koleksi perpustakaan tempat saya bekerja. Selebihnya, daftar tersebut didominasi oleh penerbit-penerbit dengan gelar Pustaka Utama, Yayasan Obor Indonesia, Tiara Wacana, LP3ES, dan penerbit-penerbit seputaran Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung. Kalaupun ada nama-nama penerbit di luar segi tiga kota itu, buku-buku “penerbit lokal” yang saya catat pada umumnya adalah produk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi, dan pemerintah daerah; lembaga-lembaga yang aktivitas pokoknya bukanlah sebagai produsen bacaan untuk umum.
| No comment yet

Katalog Kartini Kartono


21 April 2010 ini saya kepingin menulis satu saja karangan tentang Kartini. Tapi saya pikir saya harus menulis Kartini yang lain. Dan melintaslah nama “Kartini Kartono”.
| No comment yet

Bi-bli-ografi Gus Dur

Gus Dur adalah salah satu Presiden Indonesia yang cukup banyak dan beragam buku dituliskan tentang pribadi, kehidupan, serta kontroversi seputar gagasan dan langkah politiknya. Ada yang memuji, membantah, menggugat, melawan, bahkan menjadikannya seolah-olah bahan lelucon. Dari segi proses penulisan, beberapa buku bisa dimasukkan dalam kategori fast book, ada juga yang merupakan hasil penelitian doktoral. Buku cerita bergambar yang mengisahkan kehidupan Gus Dur kecil untuk segmen pembaca anak-anak juga ada. Biografi Gus Dur yang ditulis dalam aksara Cina pun ada.

Ke depan, bisa jadi buku tentang Gus Dur akan menjadi tren pasar buku, baik lewat cara cuci gudang, cetak ulang, maupun buku baru. Untuk itu, tidak ada salahnya bila menyimak bibliografi Gus Dur.
| No comment yet

Gus Dur dalam “Tinta Hitam”

SBY harusnya rajin membaca buku-buku berisi kritik bahkan kecaman kepada presiden-presiden sebelum dia. Sehingga SBY tak perlu mengulang-ulang tuduhan fitnah terhadap dirinya. Gurita Cikeas karya George JA yang baru muncul kemudian langsung dituding sebagai buku sampah, tak bermutu, atau kacangan, hanyalah satu cantuman dalam daftar pustaka mengenai kritik terhadap kepala negara.

Pada akhirnya, publiklah yang menilai kualitas pemimpin, sebagaimana Gus Dur yang dinobatkan sebagai Guru Bangsa oleh media. Kendati semasa hidupnya cukup banyak buku berisi kecaman dan penilaian atas pemikirannya yang dianggap berbahaya bahkan menyesatkan. Namun Gus Dur yang terkenal sebagai pelahap buku itu tetap tertawa dan jalan terus dengan gagasannya, bukannya mengeluh dan memerankan lakon melodrama.