Stop Sebar Hoax Ahmad Yani Resmikan Jembatan Ampera pada 30 September 1965!



Belakangan ini viral kabar di Palembang bahwa peresmian Jembatan Bung Karno, kemudian pada era Orde Baru menjadi Jembatan Ampera, ialah pada tanggal 30 September 1965 oleh Ahmad Yani. 

Sedangkan buku “Venesia dari Timur: Memaknai Produksi dan Reproduksi Simbolik Kota Palembang dari Kolonial sampai Pascakolonial” karya Dedi Irwanto, halaman 223, memuat keterangan bahwa peresmian Jembatan Bung Karno berlangsung pada tanggal 10 November 1965.

Manakah yang benar?

Mari periksa!

2007

Hasil penelusuran menunjukkan bahwa tulisan pertama yang memuat informasi bahwa Ahmad Yani meresmikan Jembatan Bung Karno pada 30 September 1965 adalah sebuah postingan dalam blog "Kreativitas ‘Amar Lubai’" berjudul "Jembatan Ampera" pada tahun 2007.

 
Sumber: https://amarlubai.wordpress.com/jembatan-ampera/
https://amarlubai.wordpress.com/jembatan-ampera/
https://amarlubai.wordpress.com/jembatan-ampera/

Berikut ini kalimat yang kemudian berefek berantai penyebaran hoax itu.

“Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965 tepatnya pada tanggal 30 September 1965 Oleh Letjend Ahmad Yani ( sore hari Pak Yani Pulang dan subuh 1 Oktober 65 menjadi Korban Gestok)...”

2009

Dua tahun kemudian, tepatnya pada September 2009, seorang anak muda bernama Uyung yang keranjingan bertualang dan mencatat perjalanannya, menulis hal serupa terkait peresmian Jembatan Ampera.

 
https://uyungbanget.blogspot.com/2009/09/jembatan-ampera-palembang.html
https://uyungbanget.blogspot.com/2009/09/jembatan-ampera-palembang.html

Uyung dengan setia mengutip Amar Lubai lengkap dengan kekeliruan-kekeliruan kecil berupa huruf “O” kapital serta kelebihan satu spasi setelah kurung buka.

2010

Tahun 2010, dua blog mengulang kekeliruan Amar Lubai dan Uyung, meski terbilang cukup kreatif karena memparafrasekan kutipan sebelumnya.

Berikut ini parafrase dalam plovea.com.

“And you know what, yang meresmikan jembatan ini adalah Jenderal Ahmad Yani. Sore hari tanggal 30 September 1965, setelah upacara peresmian, jenderal besar tersebut meninggalkan Palembang dan pada subuh 1 Oktober 1965, beliau menjadi salah satu korban dalam Gerakan 30 September yang katanya diprakarsai oleh PKI.”

Ada narasi baru di situ, yakni keterangan waktu “sore hari”.

Sedangkan narasi baru dalam jembatanakotaku.blogspot.com:

“Ini merupakan kiprah terakhir Letjen Ahmad Yani di Sumsel karena besoknya beliau tewas dibunuh oleh Gerakan 30S-PKI.”

2011

Pada tahun 2011 terbit suntingan ke-3 atas artikel berjudul “Ampera Bridge” di Wikipedia bahasa Inggris. Pada suntingan ke-3 atas artikel yang dirintis pada 25 Desember 2010 itulah mulai muncul keterangan bahwa jembatan pampasan perang itu diresmikan oleh Ahmad Yani pada 30 September 1965.

Meski sama kelirunya, artikel Wikipedia itu agak mendingan karena memuat rujukan ke buku suntingan Imelda Akmal berjudul “Wiratman: Momentum & Innovation 1960-2010” yang terbit pada tahun 2010. Meski mendingan, yaa, tetap saja keliru. 

Kekeliruan dalam Wikipedia itu bertahan sampai sekarang.






Lucunya, hampir semua tulisan dalam rentang tahun 2012 hingga 2016 benar-benar menjiplak tulisan Amar Lubai tahun 2007. Itu nampak pada kekeliruan penulisan huruf “O” besar dan kerenggangan satu spasi setelah tanda kurung buka.


Sejak tahun 2017, surat kabar lokal Palembang mulai memberitakan tentang sejarah Jembatan Ampera dengan muatan keterangan jembatan ini diresmikan oleh Ahmad Yani pada 30 September 1965.

 
https://palembang.tribunnews.com/2017/10/17/berikut-bebeapa-fakta-sejarah-berdirinya-jembatan-ampera-sebagai-lambang-kota-palembang?page=all
https://palembang.tribunnews.com/2017/10/17/berikut-bebeapa-fakta-sejarah-berdirinya-jembatan-ampera-sebagai-lambang-kota-palembang?page=all

2018

Meski kekeliruan tetap berulang dalam tulisan-tulisan tentang Jembatan Ampera pada tahun 2018, terselip satu berita laporan wartawan Sriwijaya Post, Rahmaliyah, berjudul “Sambut Asian Games 2018, Jembatan Ampera Palembang akan Diperbaiki. Disiapkan Dana Rp 20 Miliar”.

 
https://palembang.tribunnews.com/2018/02/06/sambut-asian-games-2018-jembatan-ampera-palembang-akan-diperbaiki-disiapkan-dana-rp-20-miliar?page=all
https://palembang.tribunnews.com/2018/02/06/sambut-asian-games-2018-jembatan-ampera-palembang-akan-diperbaiki-disiapkan-dana-rp-20-miliar?page=all

Tulisan itu tidak menyebut nama Ahmad Yani dan tanggal 30 September 1965.

Salut pada wartawan dan editor berita itu yang secara kritis mencerna informasi (tanpa sumber terpercaya) yang beredar tentang peresmian Jembatan Ampera.


Judul-judul berita tentang sejarah Jembatan Ampera pada tahun 2019 barangkali bisa bikin pembaca meringis, karena banyak berawal dengan kata “fakta”. Salah satu dari lima, bahkan ada yang sepuluh, fakta dalam tulisan-tulisan itu adalah peresmian Jembatan Ampera oleh Ahmad Yani pada 30 September 1965.


Sejak tahun 2020, persebaran narasi palsu tentang peresmian Jembatan Ampera semakin liar.
https://gramho.com/media/2409204952586784570

https://www.facebook.com/infolubuklinggau/posts/3339535412792009


Muncul “fakta-fakta” baru:

- Ahmad Yani menekan sirine sebagai tanda peresmian penggunaan Jembatan Ampera.

- Ahmad Yani meninggalkan Palembang menggunakan pesawat terbang lewat Talang Betutu.

Ada juga yang menyebutkan bahwa Ahmad Yani berada di Palembang sekitar pukul 10.00.

Pembuat narasi itu juga memuat keterangan sumber berupa artikel jurnal dan akun instagram Arsip Nasional Republik Indonesia (@arsipnasionalri).

Artikel jurnal yang dimaksud ialah tulisan berjudul “Eksistensi Jembatan Ampera terhadap Perkembangan Sosial, Budaya, dan Ekonomi Masyarakat Ulu Palembang Tahun 1950-2010” karya Habib Sholeh dan Dina Sri Nindiati.

 
http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1523

Dalam artikel itu, Sholeh dan Nindiati sama sekali tidak menyebut nama Ahmad Yani dan tanggal 30 September 1965. Mengenai peresmian penggunaan Jembatan Ampera, dua penulis artikel itu merujuk ke buku karya Dedi Irwanto Muhammad Santun yang berjudul “Venesia dari Timur: Memaknai Produksi dan Reproduksi Simbolik Kota Palembang dari Kolonial sampai Pascakolonial”.

 

Pada halaman 223 buku “Venesia dari Timur” tercantum keterangan bahwa peresmian Jembatan Bung Karno ialah pada 10 November 1965.

 
Buku "Venesia dari Timur" merupakan hasil penelitian tesis S2 Sejarah di UGM pada tahun 2009 oleh Dedi Irwanto yang kemudian diterbitkan Ombak Yogyakarta pada tahun 2011.

Bagi saya, bab 5 buku itu yang khusus mengupas tentang pembangunan Jembatan Ampera adalah tulisan paling lengkap dan bermutu tentang sejarah Jembatan Ampera.

Salah satu bagian dalam bab itu yang paling saya sukai ialah penggalan cerpen berjudul "Memotong Musi" yang digunting dari koran Obor Rakyat edisi Minggu, 15 September 1960. Mengisahkan perihal pertentangan kepentingan di antara masyarakat dari kelas yang berbeda terkait rencana pembangunan Jembatan Musi.

Sekali lagi, pada halaman 223 buku itu, Dedi Irwanto mencatat bahwa peresmian penggunaan Jembatan Ampera berlangsung pada 10 November 1965.

Keterangan itu merujuk pada berita dalam surat kabar Nasional yang terbit pada hari Selasa, 16 November 1965. Disebutkan bahwa yang meresmikan selesainya Proyek Musi kemudian dibuka untuk publik ialah Abujazid Bustomi selaku Gubernur Sumatera Selatan.

Lantas di mana posisi Ahmad Yani pada tanggal 30 September 1965?

Ada beberapa sumber sekunder yang dapat menjadi petunjuk keberadaan Ahmad Yani di Jakarta pada tanggal 30 September 1965. Silakan cermati beberapa tulisan di bawah ini.



Sedangkan sumber primer yang paling dapat diandalkan untuk itu adalah buku biografi Ahmad Yani.

 
Yani, Amelia. 1988. "Profil Seorang Prajurit TNI". Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. hlm. 190.

Biografi Ahmad Yani yang ditulis oleh putrinya, Amelia Yani, tidak menyebutkan tentang keberangkatan Ahmad Yani ke Palembang pada hari Kamis tanggal 30 September 1965 untuk meresmikan Jembatan Ampera.

Sungguh aneh bila peristiwa sepenting itu tak disebutkan dalam biografi Ahmad Yani yang ditulis oleh putrinya sendiri, seandainya memang benar bahwa Ahmad Yani meresmikan Jembatan Ampera pada 30 September 1965.

Akan tetapi, kalau tetap saja bebal meragukan kesaksian itu dengan bertanya, “Kok bisa-bisanya nggak dimuat?!”

Gampang jawabannya, “Karena peristiwa itu memang nggak pernah terjadi, Geblek!”
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Reply to this post

Post a Comment