Bi-bli-ografi Gus Dur

Gus Dur adalah salah satu Presiden Indonesia yang cukup banyak dan beragam buku dituliskan tentang pribadi, kehidupan, serta kontroversi seputar gagasan dan langkah politiknya. Ada yang memuji, membantah, menggugat, melawan, bahkan menjadikannya seolah-olah bahan lelucon. Dari segi proses penulisan, beberapa buku bisa dimasukkan dalam kategori fast book, ada juga yang merupakan hasil penelitian doktoral. Buku cerita bergambar yang mengisahkan kehidupan Gus Dur kecil untuk segmen pembaca anak-anak juga ada. Biografi Gus Dur yang ditulis dalam aksara Cina pun ada.

Ke depan, bisa jadi buku tentang Gus Dur akan menjadi tren pasar buku, baik lewat cara cuci gudang, cetak ulang, maupun buku baru. Untuk itu, tidak ada salahnya bila menyimak bibliografi Gus Dur.

Bibliografi ini disusun dengan bantuan Google Buku. Pembaca dapat menyimak beberapa halaman buku-buku dalam bibliografi ini dengan mengakses tautan yang tersedia. Penulis juga memanfaatkan berbagai ulasan perihal buku-buku Gus Dur di internet sebagai sumber sekunder sekaligus bumbunya. Tulisan pertama di bawah judul Bibliografi Gus Dur ini membahas buku Biografi Gus Dur karya Greg Barton.

* * *

Biografi yang Paling Otoritatif

Judul : Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid

Penulis : Greg Barton

Penerbit : PT LKiS Pelangi Aksara, 2003

Tebal : 516 halaman

Saat ini, buku tentang Gus Dur yang paling kuat menjadi rujukan adalah karya Greg Barton. Versi perdana buku ini dalam bahasa Inggris, diterbitkan oleh Equinox Publishing pada 2002 dengan judul “Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid”. Tahun 2003 LKiS menerbitkannya dalam versi Indonesia yang diterjemahkan oleh Lie Hua. Cobalah periksa catatan-catatan kaki dalam profil Gus Dur di Wikipedia Indonesia, buku-buku karya Barton adalah sumber utamanya. Kekuatan buku ini juga terlihat dari catatan bahwa paling sedikit buku ini sudah mengalami delapan kali cetak ulang.

Kualitas buku ini tak lepas dari rekam jejak Barton yang cukup dalam dalam mendalami Gus Dur, NU, dan kajian perihal pemikir dan pemikiran Islam di Indonesia. “Biasanya seorang penulis biografi tokoh hanya memerlukan beberapa waktu untuk mempelajari dokumen dan mewawancarai keluarga dan kawan dekat tokoh tersebut. Saya termasuk yang beruntung, sebab selain sudah melakukan penelitian terhadap pemikiran Gus Dur selama bertahun-tahun, saya juga mendapatkan pengalaman menarik, masuk dalam keseharian dan kehidupan emosional Gus Dur dari dekat. Saya selalu bersama Gus Dur selama tujuh bulan dari 21 bulan masa kepresidennya,” aku Barton.

Barton mengenal Gus Dur sejak akhir dekade 80-an, Barton juga menghasilkan beberapa buku yang mengaji Islam di Indonesia, antara lain: 1) Nahdlatul Ulama, Traditional Islam and Modernity (bersama Greg Fealy, 1996); 2) Gagasan Islam Liberal: Telaah terhadap Tulisan-tulisan Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib dan Abdurrahman Wahid, 1968-1980; 3) Difference and Tolerance: Human Rights Issues in Southeast Asia (1994); dan 4) Abdurrahman Wahid: Muslim Democrat, Indonesian President (2002). Barton juga produktif membawakan paper tentang studi Islam di Indonesia dalam forum-forum internasional.

Dalam situsnya, LKiS menekankan isi perihal hubungan sipil-militer selama masa awal reformasi, dan era tersebut ialah era kepemimpinan Abdurrahman Wahid yang berlangsung sejak 20 Oktober 1999. Suatu era ketika sejumlah kebijakan penting dihasilkan dalam rangka penegakan supremasi sipil, keberhasilan militer Indonesia melakukan konsolidasi internal, serta masa penuh ketegangan antara hubungan sipil (Presiden Abdurrahman Wahid) dengan militer. Lantas kita tahu bahwa militer tidak mendukung Gus Dur dalam pemberlakuan dekrit, hingga kemudian ia dimakzulkan pada 23 Juli 2001.

Barton membatasi ujung isi buku ini pada akhir tahun 2001, masa diturunkannya Gus Dur dari kursi kepresidenan RI. Dalam acara diskusi buku biografinya pada tahun 2002, Gus Dur berseloroh, “Sehabis buku ini saya akan bikin kumpulan artikel dengan judul ‘Kolom dan Artikel Era Lengser’.”

Kalaupun hendak disebut kelemahan, buku ini menurut Yenny Wahid mengatakan tidak mampu mengungkap secara menyeluruh pribadi ayahnya. Karenanya, Yenny berharap di masa mendatang akan ada buku serupa yang bisa mengungkapkan sisi lain dari Gus Dur. Sedangkan Pramoedya Ananta Toer yang mengaku belum membaca buku ini, beropini bahwa buku-buku biografi tokoh terkemuka di Indonesia lebih banyak ditulis orang asing. “Bukan hanya biografi, tetapi juga buku sejarah mungkin karena objektifitas dipandang sangat tinggi,” kata Pram.


*) Simak beberapa halaman “Biografi Gus Dur” di sini Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Reply to this post

Post a Comment