oleh
Teuku lskandar
Ketika menulis tentang Palembang pada tahun 1823, Van Sevenhoven mencatat
bahwa Sultan Mahmud Badaruddin memiliki perpustakaan yang cukup luas, yang terdiri
dari manuskrip-manuskrip berjilid rapi (Van Sevenhoven, 1823: 80). Sebelum dan
setelah tulisan itu terbit, sejumlah besar koleksi keraton telah hilang –yang kemudian
hari ditemukan kembali di beberapa perpustakaan di berbagai penjuru dunia.
Naskah-naskah Keraton Palembang di Inggris Raya
Dalam kajiannya mengenai naskah-naskah Palembang, Drewes menyebutkan
bahwa koleksi dengan kode “MS. RAS Raffles Java 41” memuat naskah-naskah berjudul
“Repen Bramara”, “Misa Cangkrama”, dan sebuah naskah melayu mengenai astrologi.
Salah satu koleksi berkode “MS. SOAS 11. 505” memuat catatan bahwa naskah itu
diperoleh dari Palembang pada 28 April 1812, sebagai barang rampasan perang dari
keraton ketika pasukan Inggris di bawah komando Kolonel Gillespie menyerang
Palembang. Tak tertutup kemungkinan naskah-naskah lain dalam koleksi Raffles itu juga
diperoleh lewat cara serupa atau dibeli dari para serdadu yang turut melakukan
penjarahan (Drewes, 1977: 199).
Berikut judul-judul koleksi naskah tersebut:
MS. RAS Raffles 19. "Dewa Mendo”, berangka tahun 1191 H / 1777 M.
MS. RAS Raffles 28. Cerita-cerita Wayang Purwa; berdasarkan catatan
keterangan yang tercantum, naskah ini pernah menjadi milik putra mahkota,
anak dari Sultan Muhammad Baha’uddin, yang naik takhta pada tahun 1804
sebagai Sultan Mahmud Badaruddin.
MS. RAS Raffles 29. "Wayang gedog".
MS. RAS Raffles 30. "Rama kawi".
MS. RAS Raffles 31. Terdiri dari sekitar sepuluh naskah berisi ajaran moral,
panjang teks naskah bervariasi, serta beberapa nama penyalin yang berbeda
(Drewes, 1977: 199).
Naskah-naskah Keraton Palembang di Jakarta
Setelah menaklukkan Sultan Mahmud Badaruddin pada 1 Juli 1821, kolonial
Belanda menjadikan keraton sebagai tempat kedudukan pejabatnya. Residen pertama
ialah Letnan Kolonel W. J. Keer, yang kemudian diganti oleh J.J. van Sevenhoven sebagai
Komisaris Pemerintah sejak bulan November 1821 hingga Desember 1823 (Woelders,
1975:24).
Di keraton itulah pada tahun 1823 Van Sevenhoven menulis artikel yang
menggambarkan tentang Ibu Kota Palembang dan perpustakaan istana (Van Sevenhoven 1823: 80). Saat menangkap Sultan Mahmud Badaruddin, hanya beberapa pusaka
(regalia) yang dapat diambil alih ke Sultan Ahmad Najamuddin sebagai penguasa baru
yang angkat oleh kolonial Belanda.
Setelah memburu kekayaan Sultan dengan cara menggeledah rumah-rumah para
bangsawan, Van Sevenhoven berhasil menyita 55 buah naskah keraton yang kemudian ia
kirim ke Residen Batavia pada tahun 1822. Naskah-naskah itu hanyalah sebagian dari
koleksi perpustakaan milik Sultan (Drewes, 1977:203-4).
Kiriman naskah-naskah tersebut kemudian menjadi bagian dari koleksi
perpustakaan Algemeene Secretarie yang kebanyakan terdiri dari naskah Melayu,
beberapa yang lain berupa naskah Arab dan Jawa. Dalam perjalanan dari Belanda ke
Sumatera untuk secara langsung mempelajari bahasa Batak, Van der Tuuk singgah di
Batavia (1850-1851) dan sempat membuat catatan mengenai 32 buah naskah dari total
91 naskah (Voorhoeve, 1964: 259). Daftar 91 buah naskah koleksi Algemeene Secretarie
itu telah dipublikasikan oleh Voorhoeve (1980: 72-7).
Catatan Van der Tuuk tentang naskah-naskah koleksi Algemeene Secretarie juga
dimuat dalam dua naskah di Perpustakaan Universitas Leiden, Cod.Or. 3300 dan Cod.Or.
3301.
Cod.Or.3300 memuat catatan Van der Tuuk tentang naskah-naskah di King's
College, East-India House, John Leyden, Royal Asiatic Society, Algemeene Secretarie, serta
koleksi Schoemann dan E. Netscher. Dari daftar tersebut, berikut ini adalah naskah-naskah keraton Palembang:
MS. G.S.3. "Hadiyyat al-Habib fi'l-targib wa'l-tarhib"; disebutkan pemiliknya
adalah Raden Bangka (?b.ng.k.); hlm.261-4 (Voorhoeve, 1980:72).
MS. G.S.4. a. "Kitab al-hikam"; b. "Fath al-rahman"; disebutkan pemiliknya
adalah Paduka Seri Susuhunan Ratu Ahmad Najamuddin; hlm. 260-1
(Drewes 1977:205; Voorhoeve 1980:72).
MS. G.S.5. "al-Durr al-nazim"; disebutkan pemiliknya adalah Paduka Seri
Sultan Ratu Mahmud Badaruddin ibn Muhammad Baha'uddin ibn Susuhunan
Ahmad Najamuddin ibn Sultan Mahmud Badaruddin ibn Sultan Muhammad
al-Mansur ibn Sultan Abdur-Rahman ibn Sultan Jamaluddin; hlm.258-9
(Drewes, 1977:205; Voorhoeve, 1980:72).
MS. G.S.6. "Asrar al-huruf" (koleksi masih tersedia); disebutkan pemiliknya
adalah Paduka Seri Sultan Ratu Mahmud Badaruddin ibn Paduka Seri Sultan
Ratu Muhammad Baha'uddin; hlm. 259-60 (Voorhoeve, 1980:72).
MS. G.S.7. "Usul, i.e. al-Sanusiyya"; disebutkan pemiliknya adalah Paduka
Seri Sultan Mahmud Badaruddin; hlm. 271-2 (Drewes, 1977:206; Voorhoeve,
1980:72).
MS. G.S.9. "'Uddat al-hisn al-hasin"; disebutkan pemiliknya adalah Paduka
Seri al-Sultan Ratu Mahmud Badaruddin ibn Sultan Ratu Muhammad
Baha'uddin; hlm. 265-71 (Drewes, 1977: 206; Voorhoeve, 1980:72).
MS. G.S.10. "Asrar al-huruf", disebutkan pemiliknya adalah Paduka Seri
Sultan Ratu Muhammad Badaruddin ibn al-Sultan Ratu Muhammad
Baha'uddin; hlm. 265 (Drewes, 1977: 206; Voorhoeve, 1980: 72).
MS. G.S.11. "Muhammad ibn Usama"; terdapat sebuah catatan sebagai
berikut: "Alamat kitab Mas Ayu Ilir daripada Paduka Seri Sultan Mahmud
Badaruddin ibn Sultan Muhammad Baha'uddin"; hlm.273 (Voorhoeve,
1980:72).
MS. G.S.39. "Durrat al-Fara'id bi-sarh al- 'aqa'id"; disebutkan pemiliknya
adalah Pangeran Jayakrama walad Pangeran Ratu; hlm.256-7 (Drewes,
1977:207; Voorhoeve, 1980:74).
MS. G.S.40. "Hikayat Nabi Musa (munajat)"; disebutkan pemiliknya adalah
Pangeran Jayakrama walad Pangeran Ratu; pp. 256-7 (Drewes, 1977:207;
Voorhoeve, 1980:74).
Cod. Or.3301 memuat catatan tentang naskah-naskah koleksi Algemeene
Secretarie dan koleksi Netscher. Dari 16 naskah dalam catatan ini, 9 di antara
adalah naskah-naskah keraton Palembang:
MS. G.S.12. "Kawass al-Qur'an al- 'azim" (koleksi masih ada); disebutkan
pemiliknya adalah Paduka Seri Sultan Ratu Ahmad Najamuddin ibn Sultan
Mahmud Badaruddin; hlm. 24-36 (Voorhoeve, 1980: 73).
MS. G.S.13. a. "Daqa'iq al-huruf"; b. "Agmad al-masa'il"; c. "Kifayat almuhtajin (ila suluk maslak kamal al-talibin"; disebutkan pemiliknya adalah
Sultan Mahmud Badaruddin ibn Sultan Muhammad Baha'uddin; hlm. 19-21
(Drewes, 1977:206; Voorhoeve, 1980:73).
MS. G.S.14. "Gawahir al- 'ulum" (koleksi masih ada); disebutkan pemiliknya
adalah Paduka Sultan Ratu Mahmud Badaruddin ibn Sultan Muhammad
Baha'uddin; hlm.41-5 (Voorhoeve, 1980:73).
MS. G.S.17. "Sair al-salikin"; menurut Drewes, naskah ini berasal dari
Palembang; hlm.1-13 (Drewes, 1977:206; Voorhoeve, 1980:73).
MS. G.S.20. "Mukhtasar daripada perkataan sejarahnya Fath al-rahman"
(koleksi masih ada); disebutkan pemiliknya adalah Raden Kamaluddin ibn
Susuhunan Ahmad Najamuddin; hlm.21-2 (Voorhoeve, 1980:73).
MS. G.S.23. "Surat Bintang"; disebutkankan pemiliknya adalah Seri Paduka
Pangeran Ratu ibn Sultan Muhammad Baha'uddin ibn Sultan Susuhunan
Ahmad Najamuddin ibn Sultan Mahmud al-Mansur ibn al-Sultan Susuhunan
Abdur-Rahman; hlm.54-60 (Drewes, 1977:206; Voorhoeve, 1977: 73).
MS. G.S.24. "Asrar al-insan"; disebutkankan pemiliknya adalah Paduka
Pangeran Arya Muhammad Zainuddin ibn Sultan Mahmud Badaruddin;
hlm.22-4 (Voorhoeve, 1980:73).
MS. G.S.37. "al-Durr al-manzum fi bayan al-sirr al-maktum" (koleksi masih
ada); disebutkankan pemiliknya adalah Paduka Seri Sultan Baha'uddin
(Voorhoeve, 1980:74).
MS. G.S.44. "Sabil al-hidaya wa'l-rasad"; disebutkankan pemiliknya adalah
Paduka Seri Sultan Mahmud Badaruddin ibn Sultan Baha'uddin; hlm.60-8
(Drewes, 1977:207; Voorhoeve, 1980:74).
Akan tetapi, ada sejumlah naskah keraton Palembang di Algemeene Secretarie
yang luput dari perhatian Van der Tuuk pada tahun 1850-1851. Di antara naskah-naskah
dari Algemeene Secretarie yang beralih menjadi koleksi Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen (BGKW) dan dibuatkan catatannya oleh L. W. C. van den Berg,
ada lima naskah keraton Palembang:
MS. BG Mal 117. "Kitab al-fawa'id" (Van Ronkel, 1909:389-90).
MS. BG Mal 118. "Sirat al-mustaqim" (Van Ronkel, 1909:375-6).
MS. BG Mal 119. "Jawahir al- 'ulum fi kasf al-ma'lum" (Van Ronkel,
1909:404).
MS. BG Mal 120. "Kitab al-muktasar" (Van Ronkel, 1909:436).
MS. BG Mal 121. "Bahr al- 'aja'ib" (Van Ronkel, 1909:447; lihat juga Drewes,
1977:204).
Semua naskah tersebut berasal dari perpustakaan Sultan Mahmud Badaruddin,
begitu juga naskah-naskah Arab dan Melayu berikut ini:
MS. BG CCVI. "al-Durr al-manzum fi bayan al-sirr al-maktum" (Van Ronkel,
1913: 495).
MS. BG Mal 75. "Kawass al-Qur'an al-'azim" (Van Ronkel, 1909:369; lihat
juga Drewes, 1977: 204-5).
Van Sevenhoven mencatat bahwa naskah-naskah koleksi perpustakaan keraton
Palembang juga dipinjamkan (Van Sevenhoven 1823: 80). Lima puluh lima naskah yang
berhasil ia sita hanyalah sebagian dari naskah-naskah koleksi Sultan. Hal ini terlihat dari
fakta bahwa pada tahun 1875 ada empat buah naskah keraton dihadiahkan kepada
BGKW oleh Ki Agus Haji Abdul-Malik, khatib imam Palembang (Drewes, 1977: 201,204).
Naskah-naskah Arab berikut ini ada di Jakarta:
MS. BG CLX. "Anwar al-tanzil wa-asrar al-ta'wil", oleh Baidawi (Van Ronkel,
1913: 91).
MS. BG CLXI. "Idrak al-haqiqa fi takrig ahadit al-tariqa, oleh 'Ali bin Hasan
bin sadaqa al-Misri" (Van Ronkel, 1913:91).
MS. BG CLXII. "'Umdat al-murid li-jawharat al-tawhid, oleh al-Laqani" (Van
Ronkel, 1913:92).
MS. BG CLXIII. "Kitab al-adkar lil-nawawi wa hilyat al-abrar" (Van Ronkel,
1913:93); lihat juga Drewes, 1977:201-2).
Dua naskah Jawa yang diakuisisi oleh BGKW ini juga berasal dari perpustakaan
keraton Palembang:
MS. CS 104. "Jayalengkara wulang", diakuisisi pada tahun 1876, sebelumnya
adalah milik Sultan Muhammad Baha'uddin (1774-1803).
MS. BG Jav 185. Sebuah Cerita Panji; naskah ini sebelumnya adalah milik
seorang putri di Keraton Palembang. Disalin pada 1723 Saka / 1801 M dari
naskah aslinya atas perintah Pangeran Adi Menggala (kemudian menjadi
Sultan Ahmad Najamuddin); diakuisisi dari salah seorang pejabat kolonial
(komisaris) Belanda di Palembang pada 1886 (Drewes, 1977: 202-3).
Naskah-naskah Keraton Palembang di Leiden
Di Perpustakaan Universitas Leiden terdapat lima buah naskah yang berasal dari
Keraton Palembang:
MS. Cod.Or.2283 dan 2284. Kedua naskah ini adalah teks "Hikayat Cekel
Wanengpati" (Juynboll, 1899:67-72,73-6).
Dalam Cod.Or.2283 tercantum keterangan: "Alamat warkah Hikayat Ceretera
Cekel wanengpati Dinaya Bupati ibn Pangeran Purba ibn Panembahan ibn Marhum Seri
Paduka Sultan Ratu Mahmud Badaruddin fi balad Palembang Darus-Salam".
Dalam Cod.Or.2284 nama pemilik disebut dua kali, berupa teks prosa dan syair.
"Hadza al-hikayat Dinayu Bupati ibn Paduka Pangeran Purba ibn
Panembahan ibn Seri Paduka Sultan Ratu Mahmud Badaruddin fi balad
Palembang Darus-Salam".
Berikut ini yang berupa teks syair:
"Suratnya Hikayat Cekel Wanengpati
Yang empunya cucu Pangeran Pati
Dinaya Taqiah namanya pasti
Ayahandanya cucu Seri Bupati
Paduka Seri Nara Nata
Itulah Pukulun Dipala Rakta
Di tanah Palembang namanya kota
Di atas pulau nama Sumarta."
Kedua naskah tersebut merupakan hibah dari M.A.M. Ecoma Verstege, mantan
Residen Bangka, kepada Perpustakaan Universitas Leiden pada tahun 1881. Perihal ini
dibahas panjang lebar oleh Rassers (1922: 55-127).
MS. Cod.Or.7283. "Sumus al-anwar wa-kunuz a-asrar"; pada naskah ini
terdapat keterangan: "Alamat kitab Seri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin
ibn Sultan Muhammad Baha'uddin [ ... ]".
Naskah yang awalnya milik salah seorang putra dari Sultan Mahmud Badaruddin
ini dijual bersamaan dengan dua naskah lainnya kepada Fakir Abdul Mujib pada tahun
1846 -yang setelah kematiannya diwarisi oleh putranya bernama Muhammad Kelanah.
Naskah-naskah milik Muhammad Kelanah ini kemudin menemukan jalannya menjadi
koleksi Snouck Hurgronje (no. 57) dan akhirnya tiba di Perpustakaan Universitas Leiden
(Iskandar, 1985).
Pengasingan Sultan Mahmud Badaruddin pada bulan Juli 1822 menimbulkan
perpecahan di Kesultanan Palembang. Sultan Ahmad Najamuddin sebagai sultan yang
baru semakin dibatasi kewenangannya oleh pemerintah kolonial Belanda lewat
pembuatan kontrak baru. Pada tanggal 18 Agustus 1823, Sultan Ahmad Najamuddin
menandatangani kontrak berisi penyerahan kedaulatannya kepada pemerintah kolonial
Belanda –yang juga berarti ketergantungan secara finansial sepenuhnya pada
pemerintah kolonial Belanda.
Pada November 1824, Sultan Ahmad Najamuddin mencoba merebut kembali
kekuasaannya. Setelah gagal meracuni markas garnisun Belanda, pagi-pagi sekali pada
tanggal 21 November 1824 ia menyerang Keraton Kuto Besak yang telah menjadi tempat
kedudukan Residen Reynst, tetapi ia kembali gagal dan dikalahkan oleh pasukan Belanda.
Sultan Ahmad Najamuddin terpaksa mundur ke pedalaman, namun kemudian ditangkap
pada 9 Agustus 1825. Ia diasingkan pertama-tama ke Banda, kemudian ke Manado di
mana ia meninggal dunia pada tahun 1844 (Woelders, 1975: 26-7).
Pada momentum kekalahan Sultan Ahmad Najamuddin serta perebutan atas
istana tempat kediamannya sejak Keraton Kuto Besak menjadi tempat kedudukan
pejabat kolonial Belanda, seorang serdadu Belanda menjarah sejumlah naskah. Naskahnaskah jarahan itu kemudian dihibahkan ke Perpustakaan Universitas Leiden pada tahun
1931 oleh keturunan serdadu itu.
Cod.Or.6315 berisi sejumlah risalah keagamaan. Ciri yang paling menonjol
dari naskah ini ialah adanya beberapa catatan pada kertas bagian akhir. Pada
bagian belakang lembaran akhir disebutkan pemilik aslinya dalam aksara
Jawi:
"Alamat ini surat barang disampaikan Tuhan jalla wa 'azza apalah kiranya
datang ke hadharat Duli Tuan Raden Tumenggung Jaya Ningrat ing
a.r.mam.y."
Sedangkan pada bagian muka lembaran terakhir tercantum keterangan dalam
bahasa Belanda:
(Teks asli: A Souvenir-Gedagtenis/van J.J. Kramers, -- Korp./Geboren den
3den Maart 1805 te/Amsterdam./)
“Kenang-kenangan dari J.J. Kramers, - Korp. Lahir pada tanggal 3 Maret 1805
di Amsterdam.”
Dan di bawahnya:
(teks asli: Dit Geschenk is veroverd de 22 November/1824 Bij den aanval van
den Sultan van/Palembang/door/J.J. Kramers/Korp. bij/1e.Bat. 2 Komp.
/5R:Art./.)
“Hadiah ini diperoleh pada tanggal 22 November 1824, saat terjadi serangan
dari Sultan Palembang, oleh J.J. Kramers, Korp. di 1e. Bat. 2 Komp. 5R:Art.”
Pada sisi kiri catatan tersebut terdapat tanda cap Sultan yang sudah hampir tak
terbaca:
“Prabu Anom/alamat/al-Sultan [ ... ] Najamuddin/ibn [ ... ] / fi balad
Palembang Darus-Salam/.”
Di atas tanda cap terdapat catatan:
(Teks asli: dit Zegel is de mark die de/Sultahan gedaan heeft om/alle
Europeesche magten te I vermoorden./.)
“Cap ini adalah tanda yang dibuat oleh Sultan untuk membunuh semua
kekuatan Eropa.”
Cod.Or.6316. Dua buah surat; Sebuah surat keterangan berkelakuan baik
yang dikeluarkan Pangeran Ratu kepada dua orang pedagang Palembang
yang berdagang ke Tegal. Cap Pangeran Ratu bertanggal 1196 H / 1782 M; b.
Surat dari Sultan Mahmud Muhammad Syah dari Johor kepada
komandan/panglima Palembang; tanpa keterangan tanggal.
Cod. Or. 6317. Sebuah naskah gulungan berisi perhitungan astrologi.
Profesor Drewes telah menulis karya yang bagus terkait naskah-naskah
Palembang. Semoga beberapa tambahan yang terdapat dalam artikel ini akan melengkapi
karyanya agar dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan
budaya dan agama di Palembang pada umumnya dan keraton pada khususnya.
Bibliografi
Drewes, G. W .J.
1977 Directions for travellers on the mystic path. The Hague: Nijhoff. [ VKI 81. ]
lskandar, T.
1985. Muhammad Kelanah, A nineteenth century collector and copyist of manuscripts”.
Paper delivered at the Fifth European Colloquium on Malay and Indonesian
Studies, Sintra ( Portugal) , March 1985.
Juynboll, H.H.
1899 Catalogus van de Maleische en Sundaneesche handschriften der Leidsche
Universiteits-Bibliotheek. Leiden: Brill.
Rassers, W.H.
1922 De Pandji-roman. Antwerpen: De Vos-Van Kleef. [Proefschrift Rijksuniversiteit
Leiden.]
Ronkel, Ph. S. van
1909 Catalogus der Maleische handschriften in het Museum van het Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Batavia: Albrecht; 's Hage: Nijhoff.
1913 Supplement to the catalogue of the Arabic manuscripts preserved in the museum
of the Batavia Society of Arts and Sciences. Batavia: Albrecht; The Hague: Nijhoff.
Sevenhoven, J.J. van
1823 “Beschrijving van de hoofdplaats van Palembang”, Verhandelingen van het
Bataviaasch Genootschap 9: 39-126.
Voorhoeve, P.
1964 "A Malay scriptorium", in: John Bastin and R. Roolvink (eds), Malayan and
Indonesian studies, Essays presented to Sir Richard Winstedt on his eighty-fifth
birthday, pp. 256-66. Oxford: Clarendon.
1980 List of Malay manuscripts which were formerly kept at the General Secretariat in
Batavia, in Archipel 20: 71-7.
Woelders, M.O.
1975 Het Sultanaat Palembang, 1811-1825, 's-Gravenhage: Nijhoff. [VKI 72.]
###
Catatan penerjemahan:
Dokumen ini merupakan terjemahan atas artikel karya Teuku Iskandar:
Iskandar, T. 1986. “Palembang Kraton Manuscripts”, dalam C.M.S. Hell Wig dan S.O. Robson
(eds), “A Man of Indonesian Letters: Essays in Honour of Professor A. Teeuw”.
Dordrecht: Foris Publications. hlm. 67-72.
Dokumen dalam format PDF dapat diakses melalui:
https://drive.google.com/file/d/1c8s2ACv3hegM-JqxWc_hhDptBdXton6q/view?usp=sharing
Silakan akses teks aslinya dalam bahasa Inggris lewat tautan ini:
https://drive.google.com/file/d/1iyPDO5-NeoLCa8tIiBCFQU-SR3LBNTmP/view?usp=sharing