Khazanah Naskah Syair Bidasari -2- Ragam Koleksi & Lokasi (Indonesia-Inggris)

 Penulis buku paling baru tentang Syair Bidasari ialah Julian Patrick Millie. Bukunya yang berjudul “Bidasari: Jewel of Muslim Malay culture” terbit pada tahun 2004 yang lalu.

Dalam tinjauan atas buku itu, Braginsky (2007: 301) mereken tak kurang dari selusin manuskrip Syair Bidasari (SB) yang masih tersedia.

Ada berapakah sebenarnya jumlah manuskrip SB?

Mari telusuri.

Manuskrip Syair Bidasari di Indonesia


Bagian Layanan Koleksi Naskah Nusantara di lantai 9 Gedung Perpustakaan Nasional, Jl. Merdeka Selatan Jakarta Pusat.

Di bagian Naskah Kuno Perpusnas inilah tersimpan manuskrip SB berkode W 256.


Sumber gambar: https://khastara.perpusnas.go.id/landing/detail/643930


Deskripsi fisik dan catatan tentang koleksi manuskrip SB di Perpusnas. Sumber: https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=643930



Koleksi Perpusnas (dulu koleksi Museum Pusat) ini menjadi teks sumber transliterasi oleh Tuti Banuwati Munawar yang terbit tahun 1978.








Edisi Tuti Munawar ini 22 tahun kemudian Aloysia Indrastuti gubah jadi buku bacaan siswa SD berjudul “Putri Bidasari”.


Indrastuti, Aloysia. 2000. "Putri Bidasari". Jakarta: Depdikbud.


Tuti Munawar punya empat alasan menggarap manuskrip SB.

Berikut ini salah duanya.

Sumber: Munawar, Tuti. 1978. "Syair Bidasari". Jakarta: Depdikbud. hlm. 9.


Alasan pertama menunjukkan bahwa sejak dari Museum Pusat sampai Perpustakaan Nasional hanya ada satu manuskrip SB milik bersama rakyat Indonesia. Kecuali bila nanti ditemukan ‘naskah baru’.

Alasan kedua menunjukkan bahwa kita mengalami ketertinggalan dua langkah. Lebih dari seabad sebelumnya para peneliti asing telah mengalihbahasakan teks SB, tentu saja sekaligus alih aksara.

Kode "vdW" adalah inisial nama "Von de Wall".

Berarti manuskrip ini berasal dari koleksi milik Hermann von de Wall yang beralih jadi koleksi Perpustakaan Bataviaaasch Genootschap beberapa bulan setelah ia meninggal dunia pada tahun 1873 (Behrend, 1998: xxii).

Ya!  Von de Wall itu. Ahli bahasa yang pernah menulis artikel tentang percetakan Al-Qur’an (pertama) di Palembang.





Kembali ke Tuti, mari mengorek sedikit profil penggarap naskah kita ini.

Dra. Tuti Munawar adalah kurator naskah yang produktif membukukan manuskrip-manuskrip koleksi Museum Pusat. Belasan judul buku dinisbahkan pada namanya. Ia termasuk peneliti naskah Nusantara yang karya-karya suntingannya terbit di bawah bendera “Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah”.

Sedangkan tahun 1978 merupakan sebatang patok dalam perjalanan pernaskahan Nusantara. Tahun itu menandai mulainya penerbitan puluhan buku hasil kerja filolog Indonesia.

Grafik batang di bawah ini menunjukkan tahun-tahun penerbitan buku-buku di bawah proyek itu. Namun ilustrasi dari situs jaringan katalog sedunia (WorldCat) ini hanya menunjukkan jumlah buku yang dikoleksi oleh perpustakaan-perpustakaan di berbagai negara. 




Perlu penelusuran lebih lanjut untuk mengetahui jumlah judul dan eksemplar buku-buku itu dicetak serta didistribusikan ke mana saja untuk memperkirakan luas persebarannya.

Tapi jauh lebih penting mengetahui apakah buku-buku itu dibaca. Salah satu petunjuknya ialah tulisan-tulisan yang menjadikan buku-buku itu sebagai bahan kajian atau sekadar rujukan.

Hasil penelusuran lewat jaringan katalog perpustakaan se-Indonesia (Onesearch.id) menunjukkan baru ada dua judul karya ilmiah yang mengkaji syair ini.





Mariati, Sri. 1986. “Laporan Penelitian Gaya Perbandingan dalam Syair Bidasari”. Jember: Fakultas Sastra Universitas Jember.

Harahap, Yasir Alaina. 2015. “Kajian Nilai Religius dalam Syair Bidasari”. Pekanbaru: Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning, tidak dipublikasikan.

Syukurlah Universitas Lancang Kuning (Unilak) punya beberapa judul penelitian tentang SB. Selain mahasiswa, seorang staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya Unilak menulis artikel tentang SB di Jurnal Ilmu Budaya Unilak. 

Fauzi, Mohd. 2015. “Fungsi Bahasa dalam Syair Bidasari: Kajian Sosiopragmatik”. Jurnal Ilmu Budaya Unilak, Vol. 12 No. 1. hlm. 11-20.

Tak ditemukan rujukan berupa hasil-hasil penelitian lain mengenai SB dalam daftar pustaka artikel Fauzi tersebut. Nampaknya ada lubang besar dalam kapling kajian naskah SB di Indonesia. 

Tahun 2016, ada seorang lagi mahasiswa FIB Unilak menulis skripsi tentang filem Bidasari.

Syafriyanti. 2016. “Kajian Psikoanalisis dalam Film Bidasari Arahan Jamil Sulong”. Pekanbaru: Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning, tidak dipublikasikan.  

Jika hasil penelusuran di atas benar, berarti belum ada tesis dan disertasi di Indonesia yang mengkaji Syair Bidasari.  

***

Kembali ke tahun 1978.

Saat itu Tuti Munawar masih sebagai Asisten Kurator di Bagian Pernaskahan Museum Pusat.




Tuti Munawar rekan sejawat Jumsari Jusuf, atau Yumsari Yusuf, filolog Indonesia yang juga prolifik. Jumsari Jusuf mengalih aksara naskah Syair Nuri karya Sultan Mahmud Badaruddin II menjadi buku yang juga terbit tahun 1978.






Dua perempuan filolog tersebut terbilang obskur. Tak mudah memperoleh tulisan berisi informasi profilnya.

Berbeda dengan senior mereka, Drs. Atja, yang mengolah manuskrip Syair Perang Muntinghe/Menteng menjadi buku Syair Perang Palembang (1967 & 1994).






Lewat Atja terbaca nama Sutaarga yang ia sebut secara takzim dalam kata pembuka bukunya.




Bersama rekan-rekan sejawatnya Sutaarga menyusun buku katalog koleksi naskah pertama dalam bahasa Indonesia, yakni “Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Dep. P. dan K” pada tahun 1972.










Katalog ini memuat deskripsi koleksi manuskrip SB sebagai berikut:





Deskripsi koleksi naskah SB dalam katalog Sutaarga ini merupakan terjemahan atas sebagian cantuman dalam katalog Van Ronkel (1909: 315). 





Meski jadul, katalog Sutaarga itu justru ‘lebih lengkap’, atau tepatnya lebih bermanfaat untuk penulisan catatan ini, dibandingkan dengan cantuman dalam katalog suntingan Behrend (1998: 333) yang terbit seperempat abad setelahnya.


Entri koleksi "W 256" dalam katalog Behrend (1998: 333)


***

Empat katalog sudah menunjukkan bahwa Indonesia memiliki koleksi manuskrip SB cuma semata wayang.

“Apakah manuskrip SB juga tersebar sebagaimana terjemahannya dalam berbagai bahasa?

Mari periksa!

Manuskrip Syair Bidasari di Inggris

Tujuan pertama ialah Royal Asiatic Society.


Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland (RAS) adalah lembaga yang dirujuk pada bagian akhir deskripsi koleksi SB dalam katalog Sutaarga dengan keterangan “naskah lain”.






Ada dua manuskrip SB di Perpustakaan RAS.

Manuskrip pertama, “Raffles Malay 7”, sudah dapat diakses dokumen digitalnya lewat Perpustakaan Digital RAS. Koleksi satu ini memuat empat judul teks: Shair Bidasari, Shair Ken Tambuhan, Shair Silindung Delima, & Shair Ikan Tambera.










Sedangkan manuskrip kedua, “Raffles Malay 36”, belum tersedia dokumen digitalnya. Barangkali lantaran kondisi naskah yang sudah tak utuh.






Rupanya tak cuma dua.

Inggris masih punya beberapa buah lagi manuskrip SB di dua perpustakaan perguruan tinggi.

Mari jelajahi.

Dari gedung RAS, cukup berjalan kaki selama 15 menit untuk tiba di Perpustakaan SOAS Universitas London.






Perpustakaan School of Oriental and African Studies ini mengoleksi satu naskah berisi teks SB beraksara Latin. Naskah ini merupakan salinan dari teks terjemahan Van Hoevell (1843) dan Klinkert (1886).

Sumber gambar: Ricklefs, Voorhoeve, & Gallop (2014: 171).


Sedangkan lokasi dua naskah lainnya berjarak sekitar 100 km (1,5 jam naik kereta) dari SOAS, yakni di Perpustakaan Universitas Cambridge.

Universitas Cambridge belum memasukkan data dua koleksi manuskrip SB ke katalog daring perpustakaannya, sebagaimana juga SOAS di atas. Oleh karena itu perlu merujuk ke katalog cetak (paling) anyar dan (paling) lengkap memuat daftar koleksi naskah Nusantara di Inggris Raya yang disusun oleh Ricklefs, Voorhoeve, & Gallop (2014).





Berikut ini dua entri naskah SB di Cambridge dalam katalog tersebut.






***

Sejauh ini sudah diketahui bahwa Inggris punya lima buah koleksi manuskrip SB.

Jika ini adalah pertandingan sepak bola, Indonesia sudah kalah empat angka.

Ya, sudahlah. Saatnya melanjutkan penelusuran.

Dari Inggris Raya, mari menyeberang ke daratan Eropa.

.....
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Reply to this post

Post a Comment