Surat Kabar “Pertama” Palembang - Catatan 1


Pada suatu hari, di Dermaga tepi Sungai Musi, saya menghampiri beberapa jurnalis yang sedang meliput sebuah acara diskusi.


Iseng-iseng saya bertanya, "Apakah pernah ada acara diskusi tentang sejarah pers Palembang?"


Ada yang jawab, "Kayaknya pernah."


Ada yang cuma geleng kepala.


Selebihnya, "no comment".


Lalu saya tanya lagi, "Tau Pertja Selatan gak?"


Tak ada jawaban "Ya!"


Secara penesan, salah satu dari mereka bilang, "Kalu Perca yang lain, aku tau."


***

Akhir Desember 2019, Dudy Oskandar (DO) alias M Doedy Aja memublikasikan serial tulisan bertajuk "Pers Sumatera Selatan, Pers Perjuangan 1925- 1950".


Pers Sumatera Selatan, Pers Perjuangan 1925- 1950 (Bagian Pertama)


Bagian Kedua


Bagian Ketiga


Bagian Empat


Bagian Lima


Bagian Enam - Warta Palembang, Surat Kabar Pertama di Palembang 


Tamat


Serial tulisan itu ditanggapi oleh Maspril Aries (MA) pada 10 Januari 2020.


Mencari Jejak Sejarah Pers di Sumatera Selatan


Persoalan berawal dari tulisan bagian enam yang beranak judul “Warta Palembang, Surat Kabar Pertama di Palembang”.


Bagian itu adalah anomali, karena menyempal dalam koridor penulisan dengan kriteria “Pers Pejuangan” dalam rentang “1925-1950”.


Namun justru itulah yang memancing diskusi lebih lanjut perihal sejarah pers Palembang.


DO mengutip Adam (1995: 151-152) yang mencatat bahwa Warta Palembang, terbit tahun 1912, adalah surat kabar pertama di Palembang. 


Sedangkan MA mengutip Surjomihardjo (2002: 29) yang menyebutkan bahwa pada tahun 1898 sudah muncul surat kabar Nieuws en Advertentie blad voor de Residentie Palembang, Djambi en Banka (selanjutnya ditulis Nieuws en Advertentie).


Mari periksa sumber-sumber rujukan itu. 


Ahmat B. Adam (1995: 151) menulis bahwa Warta Palembang adalah surat kabar pertama di Palembang yang terbit pada tahun 1912. Padahal, beberapa sumber lain memuat keterangan bahwa tahun 1898 adalah titik awal surat kabar pertama terbit di Palembang.


Dengan cara serupa, Adam (1995: 128) juga menyebutkan bahwa surat kabar Minangkabau yang pertama adalah Alam Minangkerbau yang terbit pada tahun 1904. Tetapi bila diperiksa lagi, jauh hari sebelum itu, di Ranah Minang sudah terbit Sumatra Courant pada tahun 1859 (Darwis, 2013: 58).


Itu berarti Adam punya alasan tersendiri dalam menetapkan status “surat kabar pertama”. Alasan itu tercermin pada istilah “Vernacular Press” yang menjadi fokus kajian dalam bukunya.



https://books.google.co.id/books?id=BwzCiu6DVWgC&lpg=PP1&hl=id&pg=PP1#v=onepage&q&f=false


Secara harfiah, istilah “vernacular” atau “vernakular” berarti “bahasa daerah”.

Jika dikaitkan dengan istilah penerbitan, maka “vernacular press” yang dimaksud adalah surat kabar yang terbit di berbagai daerah di Hindia Belanda serta yang dikelola oleh golongan bumiputra. 

Batasan itulah yang menjadi rujukan dalam menetapkan predikat “surat kabar pertama” pada suatu daerah.

Adam berpendapat bahwa berbagai surat kabar lokal yang mengusung gagasan modernitas demi kemaslahatan bersama itu adalah penabur benih kesadaran kebangsaan Indonesia.

Itulah kenapa Adam menulis bahwa Warta Palembang merupakan surat kabar daerah pertama di Palembang.



(Buku hasil penelitian Ahmat B. Adam ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan”. Diterbitkan oleh Hasta Mitra pada tahun 2003. Saya terpaksa merujuk ke edisi bahasa Inggris karena tak punya edisi terjemahannya.)


Sebagai pembanding, guntingan artikel ini menjelaskan perihal Warta Palembang yang diterbitkan oleh Tjahaja Boediman - sebuah perhimpunan kalangan bumiputra di Palembang. 


(Digunting dari artikel berjudul "De Palembangsche Sarikat Islam" dalam surat kabar De Sumatra Post, 11-05-1914.  Sumber: https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?coll=ddd&identifier=KBDDD02:000197948:mpeg21:a0019)


Dengan demikian DO tidak keliru ketika mengutip Adam. Dengan catatan, Warta Palembang sebagai surat kabar bumiputra yang pertama di Palembang.

MA juga benar bahwa Nieuws en Advertentie terbit lebih awal ketimbang Warta Palembang. Sehingga lebih layak menyandang predikat surat kabar pertama di Palembang. Dengan catatan tambahan sebagai surat kabar yang diterbitkan oleh pengusaha berkebangsaan Belanda.


(Kutipan 1)
(Kutipan 1: Geographical Section of the Naval Intelligence Division. 1920. “A Manual of Netherlands India – Dutch East Indies”. Oxford: Stationery Office. hlm. 142-143. www.archive.org/details/cu31924062748995)




(Kutipan 1)
(Kutipan 2: Surjomihardjo, Abdurrachman dan Leo Suryadinata. 1980. "Pers di Indonesia: Ikhtisar Perkembangan sampai 1945". Dalam Abdurrachman Surjomihardjo dkk, 1980. "Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia". Jakarta: Departemen Penerangan RI dan LEKNAS - LIPI. hlm. 24.)


Kutipan 3)
(Kutipan 3: Surjomihardjo, Abdurrachman dkk. 2002. "Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia". Jakarta: Kompas. hlm. 29.)


(Kutipan 4)
(Kutipan 4: Manan, Abdul dkk. 2014. "Semangat Sirnagalih: 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen". Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen. hlm. 25. Dapat diunduh lewat https://aji.or.id/read/buku/44/semangat-sirnagalih-sejarah-aliansi-jurnalis-independen.html)


Dengan demikian, perbedaan pendapat antara DO dan MA hanyalah persoalan beda rujukan dalam menetapkan kriteria surat kabar pertama di Palembang. Dua versi tersebut dapat bersanding tanpa perlu saling meniadakan.

Lantas, apakah persoalan selesai dan “kita” dapat dengan lega menulis tentang sejarah pers di Palembang berdasarkan patok-patok pembatas awal itu?

Ternyata belum.

Penelusuran lebih lanjut melalui Bibliotheek.nl menunjukkan bahwa Nieuws en Advertentie blad voor de Residentie Palembang, Djambi en Banka sebetulnya adalah nama ketiga setelah dua kali berganti nama. Meski tetap di bawah satu payung penerbit: N.V. Industrieele Maatschappij Palembang.

Nama pertama surat kabar perdana di Palembang ini adalah Advertentieblad voor de Residentien Palembang en Banka. 



(Gambar ini memuat angka “18XX” pada ruas tahun terbit. Sumber: https://www.bibliotheek.nl/catalogus/titel.149851715.html/advertentieblad-voor-de-residenti%C3%ABn-palembang-en-banka)

Persoalan pun bertambah rumit, karena situs Perpustakaan Nasional Belanda itu mencantumkan angka tahun yang tak pasti. 

Oleh karena itu masih perlu penelusuran lebih lanjut perihal penerbitan surat kabar pertama di Palembang dengan cara memeriksa dokumen-dokumen tentang N.V. Industrieele Maatschappij Palembang sebagai perusahaan yang menerbitkan surat kabar tersebut.

Hal itu akan dipaparkan dalam catatan kedua.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Reply to this post

Post a Comment